Sabtu, 14 November 2009

GENIA FESTIVAL : Mahkota yang Ditutupi Jilbab

Tiba-tiba aku berbangun dari tidurku, kuliat jam di Hpku, tenyata baru jam 2 pagi. Entah kenapa, setiap tengah malam aku sering terbagun sendiri. Spontan aku pergi kekamar mandi mengambil air wudhu. Setelah itu aku mengganti celana pendekku dengan celana training, aku melakukan solat tahajut. Setelah selesai aku mengambil tasbih yang ada dimeja belajarku, dalam hatiku, aku menyebut asma allah, subhanallah, subhanallah. Aku tak tau pasti sudah berapa kali aku menyebut asma allah dan tanpa kusadari aku tertidur. Dalam tidurku aku bermimpi, aku melihat seorang wanita menyisir rambutnya, wajahnya sangat cantik, panjang rambutnya sepanjang bahu, matanya berwarna coklat kehitam-hitaman, kulitnya putih bersih. Setelah wanita itu menyisir rambutnya, wanita itu memakai jilbab berwarna pink. Tiba-tiba aku mendengar suara tanteku, “Saiful sudah jam 4.30, ambil wudhu, solat bareng tante”. Aku langsung terbangun dari mimpiku, segera aku mengambil air wudhu, dan turun kebawah untuk sholat berjamaah dengan tanteku.
Jam menunjukkan pukul 9.00 pagi, setelah aku menyapu rumah tante ku, aku pergi menuju kampus, yang tak jauh dari rumah tanteku. Ku keluarkan vespa warna biru muda tahun 1975, kupanaskan mesinnya sebentar, dan aku pun berangkat. Saat aku menutup gerbang rumah, hp ku berbunyi, ternyata temanku, nitip untuk dibelikan dvd kosong untuk tugas kampus.
Ku berjalan melewati jalan yang cukup besar, saat ku mengandarai motorku ku melihat ada sebuah toko aksesoris komputer yang baru buka. Aku memarkirkan motorku didepan toko itu, aku pun masuk. Saat ku buka pintu tokonya, ada semacam suara bel, dan ada seorang wanita berkata,”selamat datang mas”. Astafirullah, wanita itu mirip dengan wanita yang ada dalam mimpiku, hanya dia tidak menggunakan jilbab. Ditangan wanita itu ada semacam alat, bentuknya seperti alarm rumah, setiap saat wanita itu menekan alat itu, dan alat itu mengeluarkan bunyi seperti bel sepeda.
Mau beli apa mas, sunnguh terkejutnya aku ternyata wanita itu tenyata buta. Aku sangat heran pada wanita itu, bagaimana dia tahu, kalau aku ini laki-laki, dan bagaimana dia dapat berbicara tepat dihadapan ku, padahal aku belum berbicara sepatah-kata pun. Mau beli DVD kosong teh. DVD R atau DVD RW, DVD RW aja teh, yang merknya Verbatim. Aku sungguh heran pada wanita itu, dia dapat mengambil barang yang ku mau seperti orang melihat pada biasanya, hanya ketika dia berjalan dia terus-menerus menekan alat yang kuceritakan tadi. Ini mas DVD nya harganya 7 ribu, kukeluarkan uang sepuluh ribu rupiah, dia meraba-raba uang ku dan dia beriakan aku kembalian 1 lembar dua ribuan dan selembar seribuan, tenyata dalam laci penyimpanan uangnya sudah dikelompokkan berdasarkan nominal rupiahnya. Allahhuakbar, sungguh adil Allah menciptakan manusia.
Rasa penasaran ada dilalam benakku, keberanikan diriku untuk bertanya pada wanita itu. “Punten teh, maaf saya lancang, teteh bener tak bisa melihat, maaf teh kalau tersinggung”. Ia cep saya teh tidak dapat melihat, tetapi saya teh melihat menggunakan telinga dan indera perasa saya. Saya teh melihat dengan cara saya sendiri. Aku pun masih binggung. “kalau teteh melihat dengan cara teteh, coba tebak apa yang saya pegang.” Aku keluarkan hp dari saku ku. “Hp”, wanita itu menjawab. “Aa teh jangan bingung, saya teh pake alat ini, saya teh terus-menerus menekan alat yang saya pegang ini, dan saya teh mendengar bunyi pantulannya”. Subhanallah, sungguh adil Allah itu ya teh. “Maaf, teteh muslim?”. Ia, dia menjawab. Tanpa kusadar, jam sudah menunjukkan jam 10.00 pagi. Maaf teh saya jadi cerita panjang lebar. Teh, saya berangkat kuliah dulu ya, ntar saya jadi langgganan disini aku pun berkata. “Ngomong-ngomong nama Aa sapa?”, wanita itu bernyata. “Imam Syaiful, kalo teteh?” aku menjawab. “Nisa Ramadhani, panggil aja nisa”.
Akupun terus berangkat kekampus, di papan pengumuman, ada lomba tinggat internasional, hadiahnya pun cukup besar, yaitu 5000 USD. Dalam lomba itu , kita disuruh membuat teknologi sederhana untuk kepentingan masyarakat banyak, dan biaya pembuatannya harus dibawah Rp 50.000. Aku jadi ingin mengikuti lomba itu, semoga aku dapat membuat ide yang sangat berlian.
Waktu menjukan jam 19.00, aku masih terus berpikir, ide apa yang harus kubuat untuk lomba tersebut. Semakin aku berpikir, semakin kepalaku pusing. Semakin ku paksa, pusing dikepalaku semakin parah. Karena tak kunjung mendapat ide, aku mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat isya. Setelah selesai, aku pun tidur.
Dalam tidurku aku terus memikirkan Nisa, sekali lagi aku melihat dia merapikan rambutnya didepan kaca dan menggenakan kerudung terusan.
Hari ini aku ada kuliah jam 8.00 pagi, jam 6 pagi aku sudah pamitan dengan tante ku. Sebelum kekampus, aku mampir ke tukang bubur dengan tokonya Nisa. Saat kupesan bubur ayam,aku mendengar suara yang tidak asing, tenyata itu suaranya Nisa. “Nisa, aku memanggilnya”, eh saiful, dia menjawab. Kami pun jadi mengobrol sambil makan bubur berdua. Aku jadi cerita banyak dengan Nisa. Tenyata dulu Nisa dapat melihat, karena kecelakaan, kornea matanya rusak. Dia ingin melakukan operasi, tapi untuk mencari donor kornea yang cocok, itu sangat mahal, dan biaya operasinya sangat mahal. Setelah selesai makan bubur, aku mengantarkan Nisa ke tokonya dan aku pun berpamitan.
Jam menunjukkan pukul 8.05 pagi, hari ini aku ada kuliah tentang sinyal digital. Dosen mata kuliah ku, pengetahuan agamanya sangat besar. Hari ini dia cerita tentang kebesaran allah, tenyata allah itu maha adil, ketika salah satu alat panca indera kita rusak, maka panca indera yang lain fungsinya semakin kuat. Tiba-tiba aku teringat Nisa dan lomba yang ada dipapan pengumuman, sekarang aku mendapatkan ide untuk lomba tersebut.
Semakin hari aku semakin dekat dengan Nisa, aku mulai intensif mengunjungi tokonya, setiap ada barang yang berhubungan dengan komputer, pasti aku membelinya diToko nisa, suatu hari aku mengajak nisa pergi ke kebun teh, yang tak jauh dari tempat kami tinggal, kuberkata padanya, Nisa, kamu teh pengen ngeliat kebun teh ini, nisa pun menjawab saya pengen sekali ngeliat seperti orang normal, bener kamu pengen ngeliat seperti orang normal. “ia saya ingin melihat seperti orang normal”. Sebentar lagi, insyaallah kamu akan melihat seperti orang normal, tapi saya butuh bantuan kamu untuk proyek saya, saya menjelaskan panjang lebar kepada Nisa. Nisa menjawab,” bener, itu hadiah uangnya buat saya, kamu tidak butuh uangnya”. Nisa menjawab seperti orang yang kebigungan. Ia, aku gak butuh uangnya, saya ingin cari pengalaman, Nis, mau gak kamu bantu saya?. Insyallah, nisa menjawab.
Kami pun memulai proyek kami, plada kamis 25 Maret 2009, kami memulai proyek kami, pertama aku mengukur besar gelombang yang dikeluarkan oleh Nisa, kebetulan aku punya software untuk menentukan besar frekuensi suara. Aku sungguh terkejut, ternyata ketika nisa berbicara normal dan bersiul besar frekuensinya lebih tinggi daripada ketika aku melakukannya. Sekarang aku mulai mengukur tinggkat ketajaman pendengaran Nisa, kuajak nisa ke Lapangan basket indoor kampus, jam 9.00 malam, saat lapangan basket tidak digunakan. Sungguh mengejutkan tinggat ketajaman pendengaran Nisa 3x lipat dari tingat ketajaman suara aku. Kami pun mulai membuat alat untuk membantu penglihatan orang buta. Aku membuatnya dari lempengan baja bekas yang dibengkokkan, Singkat kata alat yang kami buat itu berbentuk seperti tombol bel rumah, yang ketika kita tekan tombolnya akan menggeluarkan suara yang khas. Aku mecoba beberapa media sebagai sumber bunyi, seperti besi, plastik, kayu, dsb. Tenyata dari hasil pengukuran dari bahan baja lah yang mengeluarkan frekuensi yang paling besar.
Hari yang kunanti datang juga, yaitu saat lomba. Lomba diadakan di salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung. Dalam lomba tesebut bayak barang-barang yang menarik yang ikut dilombakan, seperti air matang yang dibuat dari air mentah tanpa masak, dengan media panas matahari, handphone gocap, yang harga produksinya hanya Rp 45.000, dan aku sendiri alat bantu penglihatan orang buta. Saat yang paling mendebarkan, yaitu saat presentasi, semua peserta menjelaskan secara ilmiah. Dan tiba saat giliranku, aku menjelaskan hanya dengan fakta, dan kuambil beberapa ayat suci al-quran, seperti allah tidak akan memberikan suatu cobaan, kecuali orang mampu. Dan al-quan itu menyimpan segudang ilmu pengetahuan, untuk orang-orang yang berpikir. Presentasi ku dicemooh oleh orang-orang, ada yang bilang ini presentasi karya ilmiah bung, bukan ceramah, ada yang bilang bagaimanan anda membuktikan sesuatu yang ilmiah hanya dengan literatur ayat-ayat al-quran. Pada saat mendengar pertanyaan itu, aku mulai marah, aku menjawab tidak ada keraguan dalam al-quran, di al-quran kita dapat melihat cara pembentukan bumi, bahwa bumi dan langit itu dahulunya menyatu dan kemudian kami memisahkannya, kemudian kita mengenal teori bigbang, kalau anda tidak percaya, bahwa teori saya benar bahwa allah itu maha adil, mari sekarang kita buktikan, pada saat ini saya membawa teman saya, seorang wanita buta, jika anda tidak percaya bahwa teman saya buta anda boleh membuktikannya, setelah panitia melakukan pengetesan pada Nisa, saya pun memberikan alat eksperimen pada Nisa, kemudian panitia melekkan 5 benda didepan meja, ada pulpen, buku, gelas, botol aqua kosong, dan botol aqua yang terisi penuh. Tenyata dewi dapat menebak semua benda yang diletakkan panitia. Aku pun diberikan tepuk tangan yang sangat meriah dari penonoton.
Tiba saatnya pengumuman pemenang, aku sangat nervous, aku mulai berkeringat dingin, tangan ku sangat dingin sekali, tanpa sengaja tangan ku menyentuh tagan Nisa, Nisa tertawa terbahak-bahak, sudahlah pul, kita teh serahkan semuanya pada allah, kita kan sudah iktiar, sekarang kita tawakal. Pada saat pengumuman jurara pertama, aku sungguh tidak menyangka, jika aku menjadi juara pertama, padahal banyak karya-karya yang lebih bagus daripada aku. Aku pun menerima cek sebesar 5000 USD dari panitia. Dan karyaku akan dipamerkan diJepang.
Malamnya aku mengajak Nisa makan malam, aku langsung memberikan cek nya kepada Nisa, Semakin kupandang Nisa, hatiku tidak dapat bohong, kalau aku ada perasaan lain, yang lebih dari sekedar sahabat. Aku pu berkata, “Nis, kamu itu cantik”. Ah aa teh ngegombal aja, nisa menjawabnya dengan santai. “Ini teh serius Nis, kamu itu cantik, Tapi”. Tapi Apa Aa, tapi bohong gitu, tiba Nisa menyela pembicaraanku “Tapi tek kamu lebih cantik kalau pakai kerudung”. Nisa, Aa boleh minta satu permintaan, aku berkata pada nisa. Permintaan apa Aa, nisa seperti kebigungan. Kalau kamu sudah dapat melihat lagi , Aa pengen ngeliat Nisa teh pake kerudung, tapi kalau nisa keberatan, gak usah teh gak papa, Nisa pikir-pikir dulu ya Aa.
Setelah aku mengantar nisa pulang, aku langsung pulang ke rumah tanteku. Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00, aku langsung tidur. Waktu menunjukan pukul 1.00 pagi, tiba-tiba aku terbagun dalam tidurku, kali ini ada yang berbeda, dadaku sangat sesak, seperti ingin batuk, tetapi sangat susah untuk dikeluarkan, kucoba paksa keluarkan dahak yang ada dalam tenggorokan ku, tetapi yang keluar adalah darah. Keesokan harinya aku memeriksakan diriku kepada dokter, setelah melakukan periksa lab, dokter membaca hasil labku, ternyata aku terkena HIV/ AIDS. Sungguh aku tak percaya, selama ini aku kira aku orang yang normal, aku benar-benar tidak merasakan apa-apa, aku pun adalah pria baik-baik, tidak menggunakan narkoba dan seks bebas. Aku masih tidak percaya apa yang dikatakan dokter itu.
Seharian aku memikirkan ucapan dokter itu, aku pun menceritakannya pada tanteku, sungguh aku tak menyangka bahwa bapak dan ibuku menderita HIV/ AIDS juga, selama ini kukira beliau meninggal karena penyakit jantung.
Hari ini adalah hari operasi Nisa, setelah menunggu sekian lama, Nisa mendapatkan donor kornea yang cocok, sementara nisa akan berbahagia akan dapat melihat dengan normal, penyakitku semakin parah, aku harus mulai rutin minum obat, batukku pun semakin parah, sekarang batukku mengeluarkan darah berwarna merah pekat, suatu hari aku batuk terus-menerus, sampai aku pingsan. Saat kusadar aku berada dirumah sakit, samar-samar ku melihat seorang wanita cantik menggunakan kerudung dikursi roda, tenyata itu adalah Nisa, dengan terbata-bata aku berkata, nisa, teteh cantik pake kerudung, seperti ratu bilqis, kalau teteh pake kerudung karena Aa, umur Aa sebentar lagi akan habis, kalau teteh pake kerudung karena Allah SWT, umur allah gak pernah habis, dia akan terus menjaga teteh. Walaupun hanya sekitar lima menit aku melihat Nisa memakai kerudung, tapi bagiku itu sudah cukup, mungkin sekarang aku tak bisa menjaga nisa, tetapi sekarang ada yang paling baik menjgaga nisa, yaitu allah swt. Aku juga tak tahu apa niat nisa memakai kerudung karena aku atau karena allah, jika niatnya karena aku, mungkin hanya bertahan sebentar, tetapi jika niatnya karena allah, insyaallah akan bertahan selamanya.
Pemuda Kasep bandung Novel Collection

Tidak ada komentar:

Posting Komentar